Selasa, 22 Maret 2022

Tugas kedua Kajian Seni Rupa dan Desain - Penanda dan Tinanda (Signifier dan Signified) dari Ferdinand de Saussure.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita tentu sering melihat dan menemukan berbagai hal dari yang terlihat kasat mata seperti benda dan warna; hingga hal-hal yang tidak begitu tampak jelas seperti gerak-gerik dan sikap orang lain. Mungkin hal-hal itu bukan lagi hal yang asing kita temui sehingga kita tidak terlalu memikirkan makna di baliknya, namun tahukah Anda kalau hal-hal tersebut bisa saja memiliki tanda dan arti tersendiri? Pada pembahasan kali ini, kita akan mengulas mengenai teori semiotika yang berisi kajian tanda dari Ferdinand de Saussure.

PENGERTIAN SEMIOTIKA 

    Seperti yang telah diulas sedikit, semiotika adalah kajian ilmu mengenai tanda yang ada dalam kehidupan manusia serta makna dibalik tanda tersebut. Ada beberapa pendapat mengenai asal individualized organization semiotika yang keduanya dari bahasa Yunani, pertama adalah seme yang berarti "penafsiran tanda", sedangkan yang kedua adalah semeion yang berarti "tanda". Pada perkembangannya, terdapat beberapa ahli yang mengkaji semiotika dalam studi mereka dan menciptakan teori-teori semiotika, salah satunya adalah Ferdinand de Saussure. 

Semiotik atau semiologi sama-sama mempelajari tanda, menurut Pateda (2001:28) tanda bermacam-macam asalnya, ada tanda yang berasal dari manusia yang berwujud lambang dan isyarat misalnya "orang yang mengacungkan jari telunjuk bermakna ingin bertanya". Ada tanda yang berasal dari hewan misalnya; "burung Kuak menukik di depan rumah tanda akan mendapat musibah", dan ada tanda yang diciptakan oleh manusia, misalnya; rambu-rambu lalu lintas, serta ada pula tanda yang dihasilkan oleh alam, misalnya; "langit mendung menandakan hujan akan turun". 

Semiotika memecah‐mecah kandungan teks menjadi bagian‐bagian, dan menghubungkan mereka dengan wacana‐wacana yang lebih luas. Sebuah analisis semiotik sistem pesan dimana ia beroperasi. Sebagai sebuah metode, semiotika bersifat interpretatif dan, konsekuensinya, sangat subjektif. Semiotika memiliki kelemahan. Kelemahan utama semiotika adalah kecenderungan berfokus hanya pada struktur makna dan memperlakukan manusia sebagai unsur pasif. Semiotika cenderung mengabaikan fakta bahwa manusia selalu
menciptakan makna baru. Saussure menggunakan pendekatan anti-historis yang melihat bahasa sebagai sistem yang utuh dan harmonis secara internal (language).  Ia mengusulkan teori bahasa yang disebut “strukturalisme”.

Beliau menerangkan bahwa setiap tanda bahasa terdiri atas dua sisi. Sisi pertama disebut imaji bunyi (a sound picture) yang berdiri sebagai penanda. Sementara, sisi kedua yang berperan selaku petanda dinamakan konsep. Mudahnya, saat mendengar atau mengucapkan customized organization laut, kita dapat langsung membayangkan konsep laut di dalam benak: berombak, luas, dalam, dan dekat dengan pantai, misalnya. Kita bisa lihat bahwa penanda memicu petanda. Namun, petanda play on words dapat memicu munculnya penanda. Ketika konsep laut sudah terbayang di dalam kepala, kita mampu mengucapkan imaji bunyi l-a-u-t.

Penanda dan petanda berhubungan. Lebih dari itu, perlu digarisbawahi bahwa keduanya memiliki relasi yang arbitrer. Artinya, imaji bunyi dan konsep sebagai tanda bahasa berhubungan secara manasuka atau sewenang-wenang. Dalam bahasa Indonesia, kita menyebut laut untuk merujuk pada sesuatu yang berombak, luas, dalam, dan dekat dengan pantai. Lain halnya dengan bahasa Inggris yang mengenal individualized organization ocean. Meskipun imaji bunyinya berbeda, keduanya memiliki petanda yang serupa.

Pandangan beliau mengenai bahasa sebagai tanda dianggap sebagai tonggak perkembangan semiotika. Di luar itu, Ferdinand de Saussure juga mengemukakan temuan-temuan menarik lainnya, seperti konsep parole dan langue, telaah diakronis dan sinkronis, serta hubungan sintagmatis dan paradigmatis. Kita bisa lihat bahwa gagasan-gagasan Saussure mengenai bahasa sering kali dikaji secara dikotomis. 

Signifier dan Meant yang cukup penting dalam upaya menagkap hal pokok pada teori Saussure adalah prinsip yang mengatakan bahwa Bahasa itu adalah suatu framework tanda, dan setiap tanda itu tersususun dari dua bagian, yakni signifier (penanda) dan meant (petanda). Menurut Saussure Bahasa itu merupakan framework tanda(sign) dengan individualized structure lain, penanda adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna. Jadi, Bahasa adalah aspek material dari Bahasa apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis dan dibaca. Petanda adalah aspek material Bahasa. Yang mesti diperhatikan adalah bahwa tanda yang konkret, kedua unsur tadi tidak bisa di pisahkan.
pandangan dari Saussure yang dikemudian hari menjadi peletak dasar dari strukturalisme Levi-Strauss, yaitu seperti pandangan tentang :

a. Signifier (penanda)
    Pengertian atau kesan makna yang ada dalam pikiran seseorang. Sedangkan meant adalah citra bunyi atau kesan psikologis bunyi yang timbul dalam pikiran seseorang 
Contoh: signifier runtutan bunyi masjid berarti signifiednya adalah
rumah ibadah umat islam

b. Langue dan Parole
    Dalam bukunya Caurse De linguistiq generale, Ferdinand de saussure mewariskan mengenai paradigma langue dan parole. Dalam mata De Sasussure, bahasa dibedakannya menjadi tiga istilah yaitu: langage, langue, dan parole. Langage adalah bahasa pada umumnya, yang menyangkut semua bahasa, karena ilmu bahasa tidak terbatas pada penelitian satu bahasa atau beberapa bahasa, melainkan mencakup semua bahasa di dunia yang mencoba

Demikianlah pembahasan mengenai Teori Semiotika Ferdinand De Saussure. Semoga informasi dalam pembahasan ini dapat berguna bagi Anda yang mencari kajian semiotika, khususnya semiotika linguistik atau semiologi dari Ferdinand de Saussure, berikut konsep-konsep yang ada di dalamnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kegagalan Presepsi Pada Iklan Shampoo Dove

Iklan dengan kegagalan presepsi merupakan iklan yang tidak berhasil menyampaikan pesan atau tujuannya dengan jelas kepada audiens atau khala...